HONESTY IS THE CURRENCY OF WHEREVER YOU ARE.: PERJUANGAN CINTA

Senin, 19 Januari 2015

PERJUANGAN CINTA

Gw punya temen katakan saja bernama Bagus. Meskipun namanya begitu, tapi nasibnya tidak sebagus namanya. Bagus ini adalah seorang anak yatim piatu sejak SD. Orang tuanya sendiri sebenarnya tergolong cukup mampu walau untuk ukuran desa. Ketika ditinggalkan orang tuanya, dia diwarisi sawah yang luas dan sebuah kios penjualan pupuk. Maklum di desa. Satu satunya yang mengasuhnya adalah kakaknya yang udah berkeluarga. Kakaknnya adalah seorang pedagang di pasar. Hingga cara mendidiknya pun keras, untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Semasa SMP dimana anak2 suka main-main Bagus menghabiskan waktu mengurus sawah dan mejaga kios pupuknya. Karena tidak bergaul itulah Bagus selalu menjadi `looser` diantara kami. Bagus mendapat ceng-cengan `Lemes` karena pernah mau pingsan ketika ikut Karate bersama kami. Waktu itu tahun 1998-an karate merupakan kegiatan yang elit di lingkungan kami. Ketika SMU Bagus lemes pun hanya
mampu bersekolah di SMA swasta yang
nggak bonafid. Maklum Bagus orangnya
nggak terlalu pinter. Karena selalu
bergaul dengan orang-orang yang lebih
dewasa, seleranya pun jadi aneh. Ketika waktu itu motor Suzuki Crystal adalah
motor favorit, Bagus malah senang
dengan motor tua. Waktu berlalu
Baguspun berhasil lulus SMA walau
dengan susah payah. Disaat itulah gw
sering main lg bersama Bagus. Sebagaimana layaknya remaja pada
umumnya Bagus juga mengalami apa
yang dinamakan jatuh cinta. Dia jatuh
cinta dengan seorang mahasiswi Akper
Jogja katakan saja namanya Rini. Rini
ini orangnya putih dan cantik sekali. Sedangkan Bagus tampangnya sangat
pas-pasan. Selain bertampang pas-
pasan cara berdandan, membawa
dirinya pun sedikit berbeda (kalo gak
mau dibilang aneh). Dia suka memakai
jaket kulit rumbai-rumbai begaya ala biker. Waktu itu gaya biker belum terlalu
lazim untuk anak muda. Rini sendiri
sebenarnya juga tidak mengenal Bagus
pada awalnya. Bagus mengenal Rini
ketika bertemu di RS PKU yogja tempat
Rini praktek. Perkenalan itu membuat Bagus nggak bisa tidur dan selalu
melamun. Sedangkan Rini tentu saja
nggak terlalu peduli dengan Bagus,
maklum Rini sudah punya cowok dikota
asalnya, surabaya. Dengan berbagai
cara, Bagus akhirnya menemukan alamat kost Rini. Dan mulailah Bagus dengan
sebuah kegiatan baru yang namanya
Apel. Apel pertama jelas sangat canggung,
maklum Rini sudah lupa dengan Bagus.
Bagus pura pura menanyakan obat
kakaknya, karena nggak mau ke rumah
sakit. Pembicaraan jelas sangat
terbatas. Karena Rini sangat asing dengan tamu anehnya malam itu.
Sempat Bagus melihat foto pacar Rini
ketika dengan pura-pura Rini membuka
dompetnya. Rini sengaja melakukan ittu
untuk memberi batasan kepada Bagus. Apel kedua dilakukan Bagus dengan
lebih semangat. Meski dia tahu Rini
sudah mempunyai pacar, Bagus
menganggap foto di dompet Rini adalah
gambar Andy Lau saja.. meski ganteng,
tapi kan jauh di surabaya.. katanya kepada gw suatu saat. Bagus semangat
karena kenyataan Rini malem minggu
selalu di rumah. Paling tidak kalau
Bagus pergi malem minggu, kalau
ditanya, Bagus bisa dengan bangga
menjawab.. Apel! Perasaan di dada Bagus makin menggebu, Wajah Rini yang
selalu membayangi membuatnya ingin
segera mengutarakan perasaannya.
Akhirnya malam itu, Bagus datang
dengan motor tuanya, dengan dandanan
biker, dan rambut dikuncir, mengapeli Rini di kostnya. Setelah berbincang
cukup, basa basi cukup, Bagus mulai
mencurahkan perasaannya. ” Rini, tentunya kamu tau kenapa aku
sering kesini malem minggu..” kata
Bagus. ” Apa…?” Rini benar benar nggak tau. ” Begini Rin, Aku cinta padamu..” Bagus
dengan terbata mengutarakan cintanya. Mendengar ungkapan cinta Bagus itu,
Rini meludah. Perasaan Bagus tentu
saja seperti disengat kalajengking,
namun dia menahnnya. Dengan menahan
emosi Rini ber ucap.. ” Gus, Kamu kan tahu aku sudah punya
cowok, dan yang kedua aku memang
nggak pernah suka sama kamu…” Bagus terdiam.. Hatinya remuk
diperlakukan begitu rupa. Ekspresi
meludah sangatlah melukai perasaannya.
Tapi hebatnya Bagus, dia malah
nyengir dan bilang: ” Aku nggak heran, Rin. Cewek yang
mukanya lebih jelek dari kamu saja
selalu menolakku ” katanya. Tentu saja
Rini tambah emosi dan jijik. Apel kedua Bagus hancur berantakan,
seberantakan perasaan Bagus yang
hancur lebur. Seminggu dalam linglung
di lalui Bagus di kios buluk tempatnya
jualan pupuk. Akhirnya malem minggu
ketiga datang juga. Bagus bimbang untuk datang ke kost Rini atau tidak malam
itu. Tentunya peristiwa minggu lalu
masih menyisakan sakit hati. Setelah
berpikir.. akhirnya diputuskan.. untuk
tetap datang ke kost-an Rini. Ketika
sampai di kost Rini, teman kost Rini bilang, Rini sedang pergi dengan
pacarnya yang baru datang dari
Surabaya. Hati Bagus kembali remuk.
Pulanglah dia dengan galau. Minggu berikutnya Bagus tetap ngotot
datang ke kost-an Rini. Dengan alasan
yang sama teman kost Rini
menyampaikan alasan Rini nggak ada di
tempat. Peristiwa itu terjadi berulang-
ulang sampai sebulan lebih. Pada akhirnya Bagus menyadari, bahwa Rini
hanyalah berusaha menghindar darinya.
Bahwa pacarnya sebenarnya nggak
pernah datang. Bagi banyak cowok,
peristiwa seperti itu pastilah membuat
semangatnya loyo. Ketika menemui penolakan yang sebegitu rupa, pasti
langsung kendor, atau marah, dan
bilang `emang cewek cuman loe doang..
cuih..` mungkin begitu. Namun berbeda
dengan Bagus. Apel `sepihak` yang dilakukan Bagus
lemes, sudah menjadi sebuah kebiasaan,
sperti halnya rutinitasnya di kios atau
di sawah. Kali ini dengan sedikit
strategi, Bagus berusaha apel lagi.
Bagus merubah jadwal datangnya. Dia datang lebih awal pada malam minggu
itu. Karena berbeda dengan biasanya,
Rini nggak bisa mengelak. Mau tak mau
dia harus menemui Bagus. Pertemuan
malam itu sangatlah kikuk. Rini hanya
cemberut saja, sedang Bagus berusaha mengajak berbicara tapi topiknya
sangat basi. Maklum Bagus tidaklah
pintar dalam hal merayu. Setelah
bermenit menit mati gaya, Bagus pun
pulang. Hatinya sedikit senang karena
akhirnya bisa bertemu Rini. Sedangkan Rini tentu saja makin jengkel. Minggu selanjutnya Bagus tetap apel,
Rini masih canggung dan malas-
malasan. Sampai suatu ketika entah di
minggu yang ke berapa Rini mulai bisa
ngobrol dengan Bagus. Mungkin hari itu
mood Rini sedang baik. ” Gus, kamu ini ngapain sih kesini
terus? Bukannya sudah jelas jelas aku
menolak cintamu? ” Kata Rini berterus
terang. Bagus bingung mau menjawab
apa. Akhirnya dengan polos dia jawab: ” Rin, kamu kan tau kalau aku suka
dengan kamu. Kalau aku kesini ya karena
aku kangen dengan kamu. Masalah kamu
nggak suka dengan aku, itu hakmu. Kalau
kamu nggak suka aku kesini ya tinggal
bilang saja aku pasti pergi ” Kata Bagus.. ” Tapi nyatanya kamu datang terus,
biarpun aku menghindar ” Kata Rini ” Habisnya aku kangen terus sih..” Kata
Bagus. Entah kenapa Rini saat itu
tertawa, dia memandang Bagus bukan
lagi seorang asing yang perlu dihindari.
Rini menyadari Bagus bukanlah orang
yang membahayakn dirinya atau egonya. Mulai peristiwa itu Rini makin biasa
dengan Bagus. Terkadang Rini terkesan
memanfaatkan Bagus. Bagus yang selalu
available, Bagus yang bisa jadi teman
curhatnya ketika jengkel dengan
pacarnya, Bagus yang bisa dia suruh- suruh untuk kepentingan pribadinya.
Rini merasa batas antara dia dan
Bagus sangat jelas, bahwa dia nggak
suka dengan Bagus, biarpun Bagus suka
dengan dia. Rini cukup nyaman dengan
itu. Kedekatannya dengan Bagus ternyata telah menjadikan sebuah
ketergantungan. Rini terkadang nggak
bisa apa-apa kalau Bagus tidak ada.
Rini terlalu mengandalkan Bagus,
karena memang Bagus selalu available
dan bisa diandalkan untuk Rini. Sampai suatu saat… .. Malam itu Bagus habis mengantarkan
Rini dari tempat temannya dan
berbelanja di Malioboro Yogja. Tiba tiba
motor tua yang dikendarai Bagus dan
Rini berhenti diatas sebuah jembatan
layang. Rini sedikit kaget. Dia bertanya: ” Ada apa Gus? Motormu mogok lagi?”
tanya Rini “… Rin, aku mau bilang sesuatu pada
kamu.. ” Kata Bagus. ” Kenapa dimarahi kakak lagi ?” Rini
meledek Bagus. ” Begini… aku pingin kamu dengerin
aku.. ” Bagus terbata “…..” Rini sedikit risau ” Aku mau bilang sesuatu untuk terakhir
kali.. Kalau kamu tahu apa yang aku
rasakan selama ini, aku ini sangat
capek memendam ini semua. Ketika aku
harus mendengarkan keluhanmu tentang
pacarmu, ketika aku harus mengantarkanmu untuk bertemu pacarmu,
ketika aku harus membelikan oleh-oleh
untuk pacarmu.. sebenarnya hatiku
sangat pedih. Setebal-tebalnya mukaku
aku masih punya perasaan. Aku nggak
bisa lagi melakukan ini semua dengan beban seperti ini. Aku mau bilang sekali
lagi sama kamu, kalau aku mencintaimu..
aku ingin kamu jadi pacarku. Namun jika
kamu tidak bersedia aku tidak apa-apa.
Mungkin sudah jadi rejekiku. Aku nggak
akan mengganggu kamu lagi selamanya…” Kata Bagus dengan nada
sangat rendah. Mendengar perkataan Bagus, seketika
Rini menangis. Dia nggak bisa berkata
kata apapun. Dia minta waktu beberapa
hari. Baguspun kemudian mengiyakan. Stetlah beberapa hari Bagus diminta
menemui Rini. Kali ini sore hari sehabis
kuliah Rini. Di sebuah meja warung
makan, Rini bercerita bahwa di
barusaja memutus hubungan dengan
pacarnya. Ternyata mereka jarang banget bertemu. Ternyata Rini
menyadari bahwa selama ini apa yang
dia butuhkan dari seorang kekasih ada
pada diri Bagus. Ternyata dia
menyadari telah berbuat sewenang2
terhadap Bagus. Dan mulai detik itu Bagus mempunyai seorang kekasih yang
sangat cantik. Bahkan tercantik
dintara cewek-cewek kami..

Tidak ada komentar :

Posting Komentar