HONESTY IS THE CURRENCY OF WHEREVER YOU ARE.: Makalah Kepemimpinan (Pengantar Manajemen)

Selasa, 20 Januari 2015

Makalah Kepemimpinan (Pengantar Manajemen)



1. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Jika manusia berjiwa pemimpin, maka akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
2. Topik Bahasan
Tiada organisasi tanpa pemimpin. Courtois berpendapat bahwa “kelompok tanpa pemimpin seperti tubuh tanpa kepala , mudah menjadi sesat, panic, kacau, dan anarkis”. “Sebagian besar umat manusia memerlukan pemimpin , bahkan mereka tidak menghendaki yang lain daripada itu”, demikian pendapat Yung.
Dalam beberapa pengertian organisasi ditegaskan adanya kepemimpinan salah satu factor organisasi. Misalnya pendapat Ralph Currier Davis yang menyatakan “Organization is any group of individual that is working toward some common and under leadership”.(Organisasi adalah salah satu kelompok orang yang sedang bekerja ke arah tujuan bersama di bawah kepemimpinan). John Price Jones menyatakan “In simple term. Organization is an united group of people working for a common goal, under common leadership, and with the proper tools”. (Dalam kata-kata yang lebih sederhana, organisasi adalah sekelompok yang bersatupadu bekerja untuk satu tujuan bersama di bawah kepemimpinan bersama, dan dengan alat-alat yang tepat)
Maju mundurnya organisasi, dinamis statisnya organisasi, tumbuh kembangnya organisasi, mati hidupnya organisasi, senang tidaknya orang bekerja dalam suatu organisasi, serta tercapai tidaknya tujuan organisasi , sebagian ditentukan oleh tepat tIdaknya kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi yang bersangkutan. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa pemimpin hanya dapat menjalankan kepemimpinannya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh para bawahannya atau anggotanya, tetapi yang akan dikenal adalah pemimpin itu.
3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Perbedaan leadership dan management
3. Untuk mengetahui arti pentingnya proses kepemimpinan dalam organisasi
4. Untuk mengetahui tujuan kepemimpinan
5. Untuk mengetahui metode-metode kepemimpinan
6. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam kajian perspektif Islam

BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Kepemimpinan
Kepempinan menurut para ahli adalah sbb:
1.      James J Cribin mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan memperolrh konsensus dan keikatan pada sasaran bersama, melampoi syara-syarat organisasi, yang dicacpai ddengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di pihak kelompok kerja.
2.      Miftah Thoha mendefinisikan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangn maupun kelompok.
3.      James A.F Stoner mengatakan bahwa kepemimpinan manajerial adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh kepada kegiatan – kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugassnya.
4.      Chung dan Megginson mengatakan bahwa Kepemimpinan adalah kesanggupan mempengaruhi perilaku orang lain dalam suatu arah tertentu.
Dalam kata lain  Kepemimpinan juga bisa di artikan Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti manajerial pada suatu organisasi.
‘Nonsanctioned Leadership’ merupakan kemampuan untuk member pengaruh di luar struktur formal organisasi yang kepentingannya sama atau bahkan melebihi pengaruh struktur formal. Dengan kata lain, seorang pemimpin dapat saja muncul dalam suatu kelompok walaupun tidak diangkat secara formal.
Ada 2 sebab mengapa seseorang menjadi seorang pemimpin, antara lain yaitu :
  1. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
  2. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
    Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan.
1. TIPE – TIPE KEPEMIMPINAN
Ada beberapa tipe-tipe kepemimpinan, antara lain yaitu :
  • Tipe pemimpin Otokratis
  • Tipe Militeristis
  • Tipe Paternalistis
  • Tipe Kharismatis
  • Tipe Laissez Faire
  • Tipe Demokratis
2. Perbedaan Leadership dan Management
Kepemimpinan dan manajemen sering kali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen.
Dalam arti yang luas kepemimpinan dapat digunakan setiap orang dan tidak hanyaterbatas berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Disini, menurut kami ,kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata karma birokrasi. Kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu organisasi tertentu. Melainkan kepemimpinan bisa terjadi di manasaja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi orang-orang lain ke arah tercapainya tujuan tertentu.
Seorang ulama dapat diikuti orang lain dan memiliki pengaruh yang besar terhadap orang-orang di daerahnya, tidak harus terlebih dahulu diikat oleh aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan organisasi yang sering dinamakan birokrasi. Konkretnya seorang kiai atau ulama, dengan pengaruhnya yang besar, mampu mempengaruhi tingkah laku seorang Bupati Daerah, di dalam memimpin daerahnya, sehingga tidak harus pegawai itu menjadi pegawai di Kabupaten.
Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan tidak harus terjadi dalam suatu organisasi tertentu. Apabila kepemimpinan dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen.
Dari penjelasan di atas, maka dapat saja terjadi seorang manajer berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan dia mampu mempengaruhi perilaku orang-orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu menyandang manajer untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kata lain, seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang leader atau pemimpin.
3. Arti Pentingnya Proses Kepemimpinan dalam Organisasi
Sejak dahulu kala, manusia-bila berkumpul bersama untuk mencapai tujuan-telah merasakan kebutuhan akan seorang pemimpin; sehingga peranan pemimpin telah sedemikian dilembagakan; misalkan saja sebagai kepala suku, kepala keluarga, kepala desa, camat, bupati sampai kepala Negara. Efektivitas dari struktur kepala Negara yang ada ternyata, setelah dicermati, pada kualitas seorang pemimpin yang muncul di dalam suatu lembaga atau organisasi, baik kepemimpinan itu bentuknya formal maupun non formal. kepemimpinan dalam organisasi dapat berperan dengan baik, antara lain yaitu :
  1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan.
  2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang.
  3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi.
  4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan.
  5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Tujuan Kepemimpinan
Dalam kaitannya dengan hubungan atasan-bawahan, pimpinan harus mempertimbangkan dua strategi pokok:
Pimpinan harus berfungsi sebagai“coach” dan“mentor”, pembimbing, pengarah, dan penasehat bagi pegawainya.
Praktek-praktek supervise diusahakan agar dapat memberdayakan para pegawai; seperti usaha untuk menidentifikasikan serta menghilangkan semua hambatan yang dirasakan pegawai untuk bekerja yang baik, mengembangkan mereka dengan pelatihan-pelatihan tambahan, serta menumbuhkan rasa percaya diri untuk berkinerja dengan baik.
5. Metode-Metode Kepemimpinan
Setiap pemimpin memiliki kecenderungan yang berbeda-beda dalam gaya kepemimpinan ini. Ada yang cenderung pada penyelesaian pekerjaan, namun juga ada yang lebih kepada membangun relasi sosial.Pemimpin dalam organisasi-organisasi bisnis umumnya lebih memfokuskan pada fungsi yang terkait pada pekerjaan, manakala pemimpin di organisasi-organisasi kemahasiswaan atau organisasi non profit umumnya lebih memfokuskan pada fungsi yang terkait pada relasi sosial.
Gaya kepemimpinan akan ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu dari segi latar belakang, pengetahuan, nilai, dan pengalaman dari pemimpin tersebut. Pemimpin yang menilai bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan dari kepentingan individu akan memiliki kecenderungan untuk memiliki gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan. Demikian pula sebaliknya, pemimpin yang dibesarkan dalam lingkungan yang
Menghargai perbedaan dan relasi antar manusia akan memiliki kecenderungan untuk bergaya kepemimpinan yang berorientasi pada orang-orang. Namun selain keempat faktor tersebut, karakteristik dari bawahan atau orang-orang yang dipimpin juga perlu dipertimbangkan sebelum menentukan gaya kepemimpinan apa yang sebaiknya digunakan. Jika orang-orang yang dipimpin cenderung untuk menyukai keterlibatan dalam berbagai hal, memiliki inisiatif yang tinggi, barang kali gaya yang perlu dilakukan lebih cenderung memadukan kedua gaya kepemimpinan yang ada melalui apa yang dinamakan sebagai manajemen partisipatif, dimana dalam pendekatan manajemen partisipatif ini faktor orientasi sosial diakomodasi melalui keterlibatan orang-orang (apakah dalam penyusunan tujuan, penyelesaian masalah, dan lain sebagainya) dalam menyelesaikan pekerjaan.
Telah terjadi perdebatan dalam waktu cukup lama untuk mencari jawaban apakah ada gaya kepemimpinan normatif atau ideal. Perdebatan ini biasanya terpusat pada gagasan bahwa gaya ideal itu ada: yaitu gaya yang secara aktif melibatkan bawahan dalam penetapan tujuan dengan menggunakan teknik-teknik manajemen partisipatif dan memusatkan tujuan baik terhadap karyawan dan tugas. Penelitian-Penelitian teorimotivasi sebelumnya juga mendukung bahwa pendekatan manajemen partisipatif sebagai yang ideal. Banyak praktisi manajemen merasa konsep-konsep tersebut membuat peningkatan prestasi dan perbaikan sikap.
Di lain pihak, beberapa penelitian membuktikan pula bahwa pendekatan otokratik dibawah berbagai kondisi, pada kenyataannya lebih efektif dibandingkan pendekatan lain. Jadi, pengalaman-pengalaman kepemimpinan mengungkapkan bahwa dalam berbagai situasi pendekatan otokratik mungkin yang paling baik, dalam berbagai situasi lain pendekatan partisipatif yang lebih efektif atau pendekatan orientasi-tugas dibanding pendekatan orientasi-karyawan dari sisi lain. Kesimpulan yang dapat dibuat, bahwa kepemimpinan adalah kompleks dan gaya kepemimpinan yang paling tepat tergantung pada beberapa variabel yang saling berhubungan.
Untuk memberikan gambaran secara rinci tentang teori-teori kepemimpinan, berikut dikutipkan beberapa pendapat sebagai berikut:
Teori Sifat (Traits Theory)
Teori ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian sifat-sifat, cirri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan pada setiap situasi. Seorang pemimpin akan berhasil apabila memiliki sifat-sifat, cirri-ciri perangai tersebut. Teori ini berkesimpulan bahwa kepemimpinan “orang besar” didasarkan ada sifat-sifat yang dibawa sejak lahir, jadi merupakan suatu yang diwariskan. Itulah sebabnya teori ini dikenal sebagai “teori genetis”. Artinya, pemimpin-pemimpin adalah dilahirkan dan dibentuk.
Teori Lingkungan (Environmental Theory)
Teori ini berasumsi bahwa munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil dari waktu, tempat, dan keadaan atau situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi tertentu melahirkan tantangan-tantangan tertentu. Dan dengan sendirinya diperlikan orang-orang yang memiliki sifat-sifat atau cirri-ciri tertentu yang cocok. Kebangkitan dan kejatuhan seorang pemimpin dixebabkan oleh situasi dan kondisi.
Sejalan dengan teori ini adalah teori social, yang menyatakan bahwa pemimpin-pemipin dibentuk bukannya dilahirkan (leader are made not born).. seseorang akan muncul sebagai pemimpin jika ia berada dalam lingkungan social, yaitu sustu kehidupan kelompok, dan memanfaatkan situasi dan kondisi social untuk bertindak dan berkarya mengatasi masalah-masalah social yang timbul.
Teori Pribadi dan Situasi (Personal situation Theory)
Teori ini berasumsi bahwa kepemimpinan merupakan produk dari terrkaitnya tiga factor yaitu:
a.       Perangai (sifat-sifat) pribadi dari pemimpin.
b.      Sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya.
c.       Kejadian-kejadian (atau masalah-masalah) yang dihadapi oleh kelompok.
Penganut teori ini ada yang menyatakan bahwa: studi tentang kepemimpinan harus berkenaan dengan status, interaksi, persepsi dan perilaku individu-individu dalam hubungan dengan anggota-anggotanya lain dari kelompok yang terorganisasi.
Pemimpin harus mengenal dirinya (dalam arti sifat-sifatnya, mengenal kelompok yang dipimpin, mengenla situasi dan kondisi) untuk selanjutnya mengembangkan sifat-sifatnya sendiri kea rah yang sesuai dengan kelompok yang dipimpinnya dan sesuai pula dengan situasi dan kondisi dimana ia memimpin.
Teori Interaksi dan Harapan
Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interkasi dan partisipasi dalam kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai atau menyayangi astu sama lain dan semakin memperjelas pengertian atas norma-norma kelompok. Demikian pula semakin tinggi seseorang dalam kelompok,semakin mendekati kesesuaian kegiatannya denagn norma-norma, semakin luas jangkauan interaksinya dan semakin besar pula jumlah anggota kelompok yang tergerak. Yang penting harus dijaga agar aksi-aksi pemimpin tidak menegecewakan.
Teori Humanistik (Humanistik Theory)
Teori ini berasumsi bahawa seorang pemimpin bisa dikatakan berahsil dalam mengolah sesuatu organisasi jika ia mampu memberdayakan orang-orang yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, ia mampu membuat organisasi sedemikian rupa sehingga member kebebasan dan kelonggaran kepada individu untuk mewujudkan motivasinya sendiri yang potensial untuk memenuhi kebutuhannya dan pada saaat yang bersamaan member sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi.
Teori Tukar-menukar (Exchange Theory)
Teori ini berasumsi bahwa interaksi social menggambarkan suatu bentuk tukar-menukar dimana anggota-anggota kelompok memberikan konstribusi dengan pengorbanan-pengorbanan kempok anggota-anggota yang lain. Proses ini sesungguhnya menekankan adanya “give and take” antara pemimpin dan yang dipimpin. Itulah sebabnya teori ini juga dinamai sebagai teori beri-memberi.
Teori Kepemimpinan Psikonalisis
Seseorang berperilaku tertentu barangkali bukan karena untuk memenuhi kepentingan bawahanya, tetapi barangkali untuk mengkompensasi kepribadiannya yang frustasi. Teori ini mengatakan bahwa manusia sangat kompleks. Penampilan luar tidak dapat dijadikan pegangan. Analis perlu kembali pada teori alam/manusia yang paling dasar untuk  memahami perilaku manusia atau oemimpin yang sangat kompleks.
Teori Kepemimpinan Romantis
Teori ini mengatakan bahwa pemimpin ada karena pengikutnya. Para pengikut ini mengembangkan pandangan “romantic” (ideal) mengenai adanya pemimpin yang dapat membantu mereka mencapai tujuannya atau memperbaiki hidup mereka. Pemimpin dibutuhkan untuk membantu menyedrhanakan permasalahan dunia yang sangat kompleks. JIka bawahan sudah tidak mempercayai pwmimpinnya, efektifitas kepemimpinan akan hilang, tidak peduli denag tindakan pemimpin tersebut. Jika bawahan sudah mampu mengorganisir mereka sendiri, maka pemimpin tidak akan diperlukan lagi.
Kepemimpinan Transformal Kharismatik
Pemimpin transaksional adalah sesorang yang menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi, dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut.

BAB III
1.PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman untuk bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
2. KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Maka dari itu seorang pemimpin dalam mengendalikan kepemimpinannya harus mendorong perilaku positif dan meminimalisir semua yang negatif, mencari pemecahan masalah, mempelajari perubahan di sekitarnya, serta mencanangkan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan.
3.SARAN Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Sutarto. 2006. Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi .Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Robbins ,P. Stephen. 2002. Perilaku Organisasi . Jakarta: Erlangga.
Thoha, Miftah. 2007. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arsyad, Azhar.2003. Pokok-Pokok Manajemen . Yogyakarta: PustakaPelajar.
Sule, E. Tisnawati. & Saefullah, Kurniawan.2005. Pengantar Manajemen. Jakarta :Kencana.
Handoko, T.Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Said, M.Mas’ud. 2010. Kepemimpinan : Pengembangan Organisasi Team Building dan Perilaku Inovatif. Malang: UIN-Maliki Press.

Sutarto,Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2006), 23-25
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi (Jakarta: Erlangga,2002), 163-164.
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 8-10.
Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2003), 130.
Ernie Tisnawati Suledan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta :Kencana, 2005), 260.
T.Hani Handoko,Manajemen (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2003), 306.



Tidak ada komentar :

Posting Komentar